Pada tanggal 11 Oktober 2023, Pusat Studi Kebudayaan bersama dengan Direktorat Pengembangan Usaha telah melaksanakan monitoring dan evaluasi Permainan Interaktif Semi-Digital “TRUWELU”.Permainan semi-digital “TRUWELU” merupakan salah satu produk Pusat Studi Kebudayaan UGM bekerja sama dengan Pusat Studi Bencana UGM dalam mewujudkan konsep pembelajaran tentang mitigasi bencana melalui perspektif budaya. Penamaan “TRUWELU” ini diambil dari perpaduan kata TRUstha ‘senang’, Wigya ‘pandai’, Edi ‘indah’ dan LUhur ‘luhur’ dengan makna bahwa proses pendidikan yang dilandasi rasa senang akan menambah kepandaian nan indah serta luhur. Hal tersebut didukung dengan pemilihan metode permainan semi-digital yang berbasis pada website sehingga lebih mudah diakses, tetapi tetap mengedepankan bentuk fisik papan permainan yang nyata guna keberlangsungan interaksi antar pemain.
Kabupaten Mahakam Ulu merupakan kabupaten baru di Kalimantan Timur, tentunya membutuhkan dukungan berbagai sektor dari wilayah lain. Akan tetapi Mahakam Ulu masih memiliki hambatan dalam pengembangan wilayahnya. Hambatan tersebut di antaranya permasalahan kurangnya infrastruktur, minimnya literasi, dan tata kelola digital yang belum efektif. Di sisi lain masih banyak potensi mengenai sosio ekonomi kultural yang belum dioptimalkan.
Oleh karena itu, kegiatan yang diselenggarakan melalui kerja sama UGM dengan BAKTI Kominfo ini bertujuan antara lain memetakan potensi Kabupaten Mahakam Ulu untuk memperkuat keberlanjutan manfaat infrastruktur dan digital dari sisi pengembangan digital, komitmen institusi dan regulasi, kesiapan teknologi dan modal sosial kultural.
Pada tanggal 28-30 September 2023 di Karang Cikal, Wanurejo, Borobudur, Jawa Tengah telah diselenggarakan serangkaian acara dalam rangka promosi ‘Kebaya: dari Indonesia untuk Dunia” oleh RUPAKATASWARA BOROBUDUR. Acara ini dihadiri para perempuan berkebaya dan komunitas-komunitas pecinta kain Nusantara.
Plt. Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM, Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. sebagai salah satu narasumber workshop “Kebaya di Budur” membawakan kajian yang berjudul “Estetika Berkebaya dan Kepribadian Perempuan Jawa”. Ia menjelaskan tentang Beberapa kebaya yang sering ditemukan, antara lain kebaya kartini, kebaya kutu baru, dan kebaya encim. Seiring perkembangan zaman, kebaya dikreasi padu-padankan dengan pakaian modern atau dengan gaya futuristik.
Sebagai salah satu wilayah yang rawan bencana, Padukuhan Sompok di Kabupaten Bantul memerlukan pendampingan berupa pengabdian masyarakat untuk membangun kesadaran juga kesiapsiagaan warga dalam menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja dan sebagai upaya untuk mewujudkan desa tangguh bencana.
Pusat Studi Bencana (PSBA) UGM bersama Pusat Studi Kebudayaan (Pusdibud) UGM mengadakan pengabdian masyarakat di Padukuhan Sompok, Kalurahan Sriharjo, Kepanewon Imogiri Yogyakarta dan masing-masing pusat studi melakukan pengabdian dengan fokus yang berbeda. Pusdibud ingin memberikan bekal sebagai penguat hati di kala bencana dengan mengenalkan piwulang-piwulang yang ada dalam tembang jawa pada anak-anak usia SD dan Ibu-ibu PKK. Agenda dilaksanakan pada Senin, 2 Oktober 2023 di SD N Sompok untuk anak-anak pengenalan dengan papan permainan Sibaya yang berisikan Pelajaran Bahasa Jawa, pituduh atau nasehat. Ibu-ibu PKK diajak untuk menembangkan tembang jawa dari Langenrasa yang merupakan implementasi sariswara Ki Hajar Dewantara. Dengan mengolah rasa sembari melakukan aktivitas sehari-hari dengan menghayati isi dari tembang ini diharapkan bisa diteruskan sampai ke anak cucu. Melalui pengenalan piwulang tembang budaya jawa dan gerakan yg dinamis diharapkan Masyarakat Sompok dapat beraktivitas dengan gembira serta memiliki kekuatan hati yang tangguh agar selalu semangat ketika menghadapi bencana.
Pada bulan Desember 2022, tim Pengabdian kepada Masyarakat dari Pusat Studi Kebudayaan UGM menyelenggarakan pelatihan menulis dan membaca aksara Jawa, nembang dolanan, dan mendongeng dalam bahasa Jawa. Kegiatan ini didasari oleh temuan kurangnya kemampuan anak-anak usia sekolah dasar dalam membaca dan menulis aksara Jawa, serta pengetahuan tentang tembang dolanan.
Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat tersebut dibagi menjadi dua kegiatan, yakni pendampingan membaca dan menulis sandhangan dan pasangan dalam aksara Jawa. Tim Pusat Studi Kebudayaan juga memperkenalkangerak tari, pola lantai, dan makna dari tembang dolanan yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara melalui buku pedoman sederhana bertajuk “Langen Rasa”.
Dalam rangka Program Penguatan Kelembagaan Pusat Studi Dedikatif Universitas Gadjah Mada, Pusat Studi Kebudayaan (PUSDIBUD) UGM melakukan penelitian dengan judul “Revitalisasi Tokoh Kancil dalam Wacan Bocah sebagai Sarana Pendidikan Karakter” pada periode April-Oktober 2022. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan bahwa kegiatan mendongeng yang dilakukan guru, orang tua, atau siapa pun kepada anak-anak di masa kini terdapat kendala sebab mereka merasa tidak mampu mendongeng karena keterbatasan kosa kata dan imajinasi. Terlebih lagi jika harus mendongeng dengan menggunakan bahasa Jawa. Di sisi lain, sebagian besar di antara mereka menganggap dongeng kancil penuh dengan intrik yang mengandung unsur “kelicikan” dan “kejahatan”, padahal pandangan masyarakat yang “dangkal” itu merupakan hasil interpretasi sepihak.
Pada tanggal 22 Oktober 2022, Pusat Studi Kebudayaan bersama dengan Kadipaten Pakualaman dan Kadipaten Mangkunegaran menyelenggarakan forum diskusi terpumpun Kajian “Pertemuan Silang Budaya Barat dan Timur di Kadipaten Pakualaman danMangkunegaran pada Tahun 1850-1942” bertempat di Ndalem Prangwedanan, Pura Mangkunegaran, Surakarta. Acara ini diselenggarakan dalam rangka menjaring informasi untuk mengawali penelitian tersebut.
Diskusi pada sesi pertama disampaikan oleh Dr. Sudibyo, M.Hum. dengan paparan “Aristo-Modernis dari Timur: Paku Alam V dan Pertemuan Silang Budaya” dilanjutkan oleh Dr. Susanto (Prodi Ilmu Sejarah FIB UNS) dengan paparan data sejarah Pura Mangkunegaran. Sesi ini dikawal oleh moderator Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. Pada kesempatan sesi kedua Dr. Daryono, S.Kar., M.Hum. dan Dr. Yosef Adityanto Aji., S.Sn., M.A. (ISI Yogyakarta) menyampaikan “Representasi Pengaruh Budaya Barat terhadap Bentuk Tari Putera di Pura Pakualaman Yogyakarta pada Tahun 1884-1998″.
Pada hari Selasa 20 September 2022, Pusat Studi Kebudayaan berkolaborasi dengan Pusat Studi Bencana Alam dalam acara “Among-Among Budaya: Memahami Bencana melalui Perspektif Budaya”. Acara ini diselenggarakan dalam rangka menghidupkan kembali Rebo Wekasan sebagai momen kesiapsiagaan terhadap ancaman multi bencana dengan sentuhan budaya Jawa. Hal ini sesuai dengan jati diri UGM sebagai universitas kebudayaan serta semboyan mengakar kuat menjulang tinggi. Rebo Wekasan merupakan tradisi yang dilaksanakan sebagai upaya untuk menangkal kesialan yang konon sering terjadi pada hari Rabu terakhir dalam bulan Sapar kalender Jawa.
Pada hari Rabu 15 Juni 2022, plt. Kepala Pusat Studi Kebudayaan UGM Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum. menjadi narasumber pada materi panel “Diseminasi Khasanah Budaya Lokal di Era Digital” dalam rangkaian kegiatan Rapat Kerja Center of Excellence (CoE) Budaya Jawa yang diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY.
Ibu Sakti membawakan paparan dengan judul “Menciptakan lingkungan adaptif di era digital untuk tumbuhnya nilai-nilai kearifan budaya lokal”. Dalam paparan beliau dijelaskan antara lain, isu-isu strategis terkait tata nilai, pengetahuan dan teknologi, eksistensi bahasa daerah, dan adat-istiadat. Selain itu turut dipaparkan perbedaan pola-pola budaya pada masa lampau hingga kini dan teori trikon (kontinyu, konvergen, konsentris yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara.
“Aja dolan wayah surup, mengko nek digondhol wewe!” (“Jangan bermain di waktu senja, nanti kalau diculik hantu wewe!”)
Barangkali, generasi postmillennial yang lahir pada awal abad ke-21 sudah tidak lagi mengenal pantang-larang tersebut. Bahkan, bisa jadi mereka pun tidak akrab lagi dengan apa, siapa dan bagaimana bentuk sesosok wewe itu. Bahkan tak sedikit pula yang dengan tegas menyergah dengan kata-kata “Ah, mitos!”, “itu ‘kan cuma takhayul!”, atau malah dari kalangan orang Jawa sendiri sering terbetik kata-kata “gugon tuhon kok diandel” (gugon-tuhon kok dipercaya). Hal ini membuktikan beberapa hal, di antaranya bahwa gugon tuhon ini telah lekang dimakan zaman, atau bahkan juga berarti lain: bahwa manusia Jawa sedang berubah menuju pola pikir yang lebih rasional, pragmatis, dan bisa jadi, juga hedonistik: semata-mata mengejar kenikmatan inderawi tanpa mempedulikan asas nilai, termasuk di dalamnya nilai-nilai kebudayaan yang terkandung dalam berbagai produk peradaban, di antaranya gugon tuhon.